Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 04 Januari 2022 | 17:45 WIB
Tim Resor KSDA Agam melakukan pengusiran harimau, Selasa (7/12). [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Sumatera Barat (Sumbar) mencatat konflik antara manusia dengan satwa liar di Kabupaten Agam, meningkat hampir 100 persen.

Tahun 2020 lalu, tercatat hanya 10 kejadian. Sedangkan di 2021, terdata 19 konflik manusia dengan satwa liar.

Kepala Resor KSDA Agam, Ade Putra mengatakan, konflik antara manusia dengan satwa liar itu berupa harimau, macan dahan, beruang madu dan lainnya meningkat sembilan kejadian.

"Konflik itu meningkat akibat musim buah, alih fungsi lahan, persediaan pakan berkurang dan lainnya," katanya, Selasa (4/1/2022).

Ade mengatakan, 19 kejadin konflik antara manusia dengan satwa liar berupa beruang madu sebanyak enam kejadian, buaya lima kejadian, harimau sumatera empat kejadian, tapir satu kejadian, beruk dua kejadian dan macan dahan satu kejadian.

Satwa liar itu memangsa ternak warga berupa sapi sembilan ekor, kambing satu ekor, anjing tiga ekor.

"Satu warga Tiku Lima Jorong meinggal dunia akibat dimangsa buaya muara," katanya.

Ia menambahkan, pada 2020 jumlah ternak yang dimangsa satwa liar jenis sapi enam ekor, kambing sembilan ekor.

Sedangkan korban meninggal dunia satu orang dan luka-luka satu orang.

"Pada 2019 konflik antara manusia dengan satwa 11 kejadian," katanya.

Dengan kejadian itu, Ade mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan dengan cara tidak ke kebun pada malam hari, mengembalakan ternak tidak di dekat kawasan dan lainnya.

Ini untuk meminimalisir konflik antara manusia dengan satwa liar pada tahun ini. "Kita menyosialisasikan ini ke warga setiap ada pertemuan dengan masyarakat," katanya. (Antara)

Load More