Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Kamis, 04 November 2021 | 19:37 WIB
Wakil Bupati Agam Irwan Fikri dan Forkopimca Tanjungraya sedang berada di pohon terbesar di dunia, Kamis (4/11/2021). [Dok.ANTARA]

SuaraSumbar.id - Pemerintah Kabupaten Agam (Pemkab Agam) berencana mengembangkan pohon terbesar di dunia menjadi kampus alam dan destinasi wisata.

Pohon berjenis medang (Litsea Sp) itu tumbuh di hutan rakyat Nagari Koto Malintang, Kecamatan Tanjungraya, Kabupaten Agam.

"Keberadaan pohon besar itu bisa dikembangkan menjadi kampus alam tempat orang belajar tentang bagaimana menjaga alam, sehingga kayu pohon bisa besar," kata Wakil Bupati Agam, Irwan Fikri, Kamis (4/11/2021).

Menurutnya, jarang kayu pohon bisa mencapai berukuran sebesar itu. Hal itu juga tidak menutup kemungkinan kawasan tempat tumbuhnya pohon ini menjadi lokasi destinasi wisata.

Baca Juga: Temukan Tarif Tes PCR di Sumbar Rp 400 Ribu, Anggota DPR RI: Birokrasi Lambat

"Ini menandakan masyarakat Koto Malintang menjaga alam dengan baik. Bahkan wali nagari setempat dan tokoh adat menerima penghargaan nasional," bebernya.

Pemkab Agam siap memberikan dukungan terhadap pembangunan kampus alam dan destinasi wisata tersebut. Hal ini juga sesuai dengan Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk menjadikan pariwisata menjadi produk unggulan dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.

"Ini harus kita dukung bersama-sama agar ekonomi masyarakat sekitar lebih baik lagi," katanya.

Irwan Fikri meminta agar kondisi alam tidak dirusak saat pengembangan nanti. Kondisi ini tetap dijaga untuk anak cucu, karena persoalan lingkungan merupakan kebutuhan masyarakat banyak.

Bahkan, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) berencana akan menjadikan daerah itu menjadi Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).

Baca Juga: Seorang Warga Dharmasraya Tewas Terseret Arus Sungai

"Dengan ditetapkan sebagai KEE maka disiapkan produk hukumnya," katnya.

Sementara itu, Wali Nagari Koto Malintang Naziruddin mengatakan, pohon kayu itu pertama kali ditemukan pada 2013 setelah dirinya dilantik menjadi wali nagari atau kepala desa adat setempat.

Saat itu, pihaknya mencoba mencari potensi yang ada di hutan rakyat di daerah itu.

"Pertama kali ditemukan, di lokasi banyak tumbuh pohon kayu dengan ukuran kecil, sehingga pihaknya terkejut melihat pohon kayu terbesar itu," tambahnya.

Di hutan rakyat itu, lanjutnya penerima Kalpataru 2013 ditemukan enam pohon kayu berukuran besar dan paling besar ada satu pohon. Selebihnya hanya berdiamater dua sampai tiga meter.

Petugas Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Hengki menambahkan pohon kayu itu memiliki diameter 4,6 meter, lingkaran 14 meter, tinggi bebas cabang 34 meter, tinggi sebenarnya lebih dari 50 meter dan memiliki 516 meter kubik.

Diperkirakan pohon kayu itu berusia sekitar 560 tahun dan ini berdasarkan rumus mencari usia kayu yang dipakai.

"Pohon kayu ini merupakan yang terbesar di Indonesia, bahkan di dunia karena kayu tane mahota di Selandia Baru dengan ukuran 4,4 meter," ujarnya. (ANTARA)

Load More