Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Selasa, 17 Agustus 2021 | 18:26 WIB
Ketua DPR Puan Maharani mengenakan baju adat khas Minangkabau Bundo Kanduang saat Upacara peringatan HUT ke 76 Republik Indonesia. [Antara]

SuaraSumbar.id - Puan Maharani mengenakan baju Bundo Kanduang saat membacakan teks proklamasi pada upacara peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI ke-76. Baju khas perempuan Minangkabau itu merupakan pakaian Lintau, Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar).

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin menilai pemilihan busana baju Bundo Kanduang itu merupakan upaya Puan memulihkan rasa kecewa masyarakat Sumbar terhadap kontroversi yang pernah mencuat.

Seperti diketahui, pada Pilkada Sumbar 2020 lalu, Puan sempat menuai kontroversi usai ucapannya menyorot Sumbar. Puan ingin membayar kekecewaan masyarakat Sumbar melalui pakaian tradisional yang ia kenakan.

"Mungkin Puan ingin mengobati rasa kekecewaan masyarakat Sumbar. Biasanya jika ada masalah itu terbayang-bayang terus, rekaman jejak kontroversi tersebut sepertinya ingin dibayar lunas dengan mengenakan pakaian adat Sumbar tersebut. Itu simbolik tapi punya makna," kata Ujang, dikutip dari Suara.com, Selasa (17/8/2021).

Baca Juga: Tega! Ayah Cabuli Anak Kandung Umur 4 Tahun

Tak hanya mengobati rasa kecewa, Ujang menganggap ada kemungkinan bahwa Puan juga ingin menarik simpati masyarakat Sumbar melalui momen hari kemerdekaan. Hal itu tentu tidak terlepas dari politik 2024, di mana Puan digadang-gadang ikut bursa pencalonan presiden.

"Mau tidak mau suka tak suka. Jika ingin maju nyapres ya mesti dapat dukungan dari masyarakat Sumbar. Kita lihat saja ke depan. Jika Puan turun bersilaturahmi ke tokoh-tokoh Sumbar dan masyarakat Sumbar itu artinya ada itikad untuk selesaikan persoalan dan ada keinginan untuk dapatkan suara masyarakat Sumbar," ujar Ujang.

Diketahui Puan mengenakan busana Bundo Kanduang bernuansa krem, merah dan emas saat membacakan teks Proklamasi dalam Upacara Kemerdekaan di Istana Negara. Mengutip keterangan tertulis Puan, busana adat yang ia pakai itu biasa disebut juga dengan Limpapeh Rumah Nan Gadang yang merupakan busana yang biasa dipakai oleh wanita Minang di Minangkabau, Sumatera Barat.

Busana Bundo Kanduang biasa dipakai oleh seorang wanita dewasa atau wanita yang telah menikah. Buana itu dipadukan dengan memakai Tingkuluak Balenggek, penutup kepala yang berasal dari Lintau, Tanah Datar.

Oleh wanita Minang, busana Bundo Kanduang biasa dipakai pada acara adat seperti pernikahan, pengangkatan datuak, dan lainnya. Makna dari busana ini adalah merupakan simbol dari pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.

Baca Juga: 176 Narapidana Rutan Padang Dapat Remisi Hari Kemerdekaan, 7 Orang Bebas

Megawati dan Puan Soroti Sumbar

Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mendadak menyorot kondisi Sumatera Barat (Sumbar). Jauh hari sebelum sang ibu, Ketua DPP PDIP yang juga Ketua DPR RI pun pernah melakukan hal yang sama menyorot soal salah satu provinsi di Pulau Sumatera itu. Lantas ada apa gerangan?

Sorotan Megawati terhadap Sumbar ia lontarkan saat memperingati HUT ke-119 Proklamator RI Mohammad Hatta. Dalam pidatonya Megawati mengatakan, Sumbar saat ini sudah tak seperti dulu. Di mana awalnya ia bercerita soal tokoh di Sumbar.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kedua kanan) didampingi Ketua DPR RI Puan Maharani (kedua kiri) bergegas usai nonton bareng film 'Nagabonar Reborn' di Plaza Senayan XXI, Jakarta Selatan, Senin (25/11). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

"Dulu saya tahu banyak sekali tokoh dari Sumbar. Kenapa menurut saya sekarang kok kayaknya tidak sepopuler dulu kah atau emang tidak ada produknya?" ucap Megawati dalam acara yang digelar oleh Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDIP secara virtual, Kamis (12/8/2021).

"Setelah ke sini, saya mulai berpikir, saya sering diskusi karena di BPIP, saya sebagai ketua dewan pengarah. Saya suka bertanya ke Buya Syafii, mengapa Sumatera Barat yang dulu saya kenal sepertinya sudah mulai berbeda, lain," ujar dia lagi.

Buya Syafii kata Megawati justru menganggap dirinya terlalu memikirkan hal tersebut. Megawati berkelakar kepada Buya Syafii bahwa seharusnya ikut memikirkan terkait adanya perubahan yang terjadi di Sumatera Barat. Pasalnya kata Megawati, Buya Syafii tokoh berasal dari Sumatera Barat

Load More