SuaraSumbar.id - Tujuh orang termasuk dokter pribadi Diego Maradona menjalani penyelidikan soal kematian sang legenda sepakbola Argentina yang meninggal pada November 2020 lalu.
Para terdakwa, termasuk ahli bedah saraf Maradona, Leopoldo Luque, psikiater Agustina Cosachov dan psikolog Carlos Diaz, kini menghadapi dakwaan pembunuhan berencana.
Jika terbukti bersalah, para terdakwa terancam hukuman delapan hingga 25 tahun penjara sebagaimana dilansir Antara, Kamis (20/5/2012).
Kantor Kejaksaan Agung San Isidro, yang memimpin penyelidikan, mengatakan dakwaan tersebut didasarkan pada temuan dewan ahli atas kematian Maradona akibat serangan jantung tahun lalu.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa ikon sepak bola itu menerima perawatan medis yang tidak memadai dan dibiarkan untuk "periode yang menyakitkan dan berkepanjangan" sebelum kematiannya, yang terjadi hanya beberapa pekan setelah menjalani operasi otak pada pembekuan darah.
"Setelah begitu banyak ketidakadilan, kasus ini menjadi jelas," kata sumber tersebut kepada AFP.
Terdakwa dilarang meninggalkan negara itu dan harus hadir sebelum penyelidikan antara 31 Mei-14 Juni.
Proses hukum tersebut diawali oleh pengaduan yang diajukan oleh dua dari lima putri Maradona terhadap Luque, yang mereka salahkan atas kondisi ayah mereka yang memburuk setelah operasi otak.
Jaksa yakin kematian Maradona bukanlah akibat malpraktek atau kelalaian dokternya, tetapi mereka tahu mantan bintang sepak bola itu akan mati dan tidak melakukan apa pun untuk mencegahnya.
Baca Juga: Dokter Diego Maradona Hadapi Dakwaan Pembunuhan Berencana
Jaksa mendapatkan serangkaian pesan dan audio yang menunjukkan tim medis mengetahui bahwa Maradona mengkonsumsi alkohol, obat psikiatri dan ganja dalam beberapa bulan terakhir dalam hidupnya.
Dalam kesimpulan laporan itu, dewan medis juga mengatakan bahwa "tanda-tanda risiko hidup" yang ditunjukkan oleh mantan bintang Napoli dan Barcelona itu diabaikan, dan bahwa perawatan dalam beberapa pekan terakhirnya "terganggu oleh penyimpangan".
Tuduhan atas kematian Maradona terjadi bersamaan dengan kasus lain, yakni perihal warisan yang disengketakan, yang melibatkan lima anaknya, saudara laki-lakinya dan Matias Morla, mantan pengacaranya.
Maradona adalah idola bagi jutaan orang Argentina setelah dia menginspirasi negara Amerika Selatan itu untuk meraih kemenangan Piala Dunia kedua mereka pada 1986. (Antara)
Berita Terkait
-
Tuntut Keadilan bagi Diego Maradona, Warga Argentina Turun ke Jalan
-
20 Ahli Kesehatan Berdebat Soal Kematian Maradona, Polisi Menunggu Bukti
-
Mobil Porsche Maradona Saat di Sevilla Dilelang Pekan Ini
-
Kisah Diego Maradona Selamatkan Nyawa Seorang Wanita di Tempat Rehabilitasi
-
Lelang Mobil Maradona: Porsche 911 yang Pernah Distop Pak Polisi
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Penyintas Banjir Bandang di Padang Mulai Diserang ISPA, Dokter Ungkap Penyebab dan Risiko Penularan
-
Jalur Padang-Bukittinggi via Lembah Anai Resmi Dibuka Terbatas, Ini Kata Menteri PU
-
Percepat Relokasi Korban Bencana Sumbar, Mensesneg Perintah Gubernur Pakai Lahan Negara dan BUMN!
-
Pasaman Barat Perpanpang Masa Tanggap Darurat, Akses Terputus Jadi Tantangan Serius
-
Penumpang Bandara Internasional Minangkabau Diprediksi Menurun Saat Libur Nataru 2026, Ini Alasannya