Bahaya Hamil di Usia Remaja, Bisa Picu Komplikasi Serius bagi Ibu dan Janin!

Kehamilan di usia remaja dinilai berisiko tinggi oleh para ahli medis.

Riki Chandra
Jum'at, 17 Oktober 2025 | 21:15 WIB
Bahaya Hamil di Usia Remaja, Bisa Picu Komplikasi Serius bagi Ibu dan Janin!
Ilustrasi hamil. [Dok.Antara]
Baca 10 detik
  •  Kehamilan di usia remaja berisiko tinggi bagi ibu dan janin.

  • Risiko meliputi komplikasi kehamilan, preeklamsia, anemia, dan BBLR.

  • Perawatan prenatal dini dan dukungan keluarga penting untuk keselamatan.

SuaraSumbar.id - Kehamilan di usia remaja dinilai berisiko tinggi oleh para ahli medis. Bahkan, kehamilan di usia 19 tahun ke bawah dapat memicu berbagai komplikasi kehamilan yang membahayakan keselamatan ibu maupun janin.

Dokter spesialis obstetri dan ginekologi konsultan fertilitas lulusan Universitas Indonesia, dr. Upik Anggraheni, mengatakan bahwa usia 19 tahun masih tergolong remaja. Sebab, kondisi fisik dan kesehatan reproduksi belum mencapai kematangan optimal untuk menjalani proses kehamilan serta persalinan dengan risiko minimal.

Meski organ reproduksi sudah aktif ditandai dengan menstruasi, struktur tubuh seperti tulang panggul belum sepenuhnya berkembang.

“Tulang panggul termasuk tulang belakang dan tulang ekor masih bisa mengalami pertumbuhan hingga usia 20–21 tahun. Panggul yang belum berkembang sepenuhnya berisiko menyebabkan Disproporsi Sefalopelvik (CPD), yaitu ketidaksesuaian antara ukuran kepala bayi dan panggul ibu. Kondisi ini dapat menyebabkan persalinan lama dan meningkatkan kebutuhan untuk operasi sesar,” ujar Upik, Jumat (17/10/2025).

Upik menjelaskan bahwa di bawah usia 20 tahun, organ reproduksi seperti rahim dan ovarium belum mencapai fungsi optimal karena belum matangnya poros hipotalamus, hipofisis-ovarium, sistem penting dalam pengaturan reproduksi wanita. Hal ini membuat kehamilan remaja cenderung berisiko lebih tinggi dibanding usia ideal 20–35 tahun.

Selain itu, tekanan darah tinggi pada kehamilan di usia muda juga sering terjadi dan dapat berkembang menjadi preeklamsia, yaitu kondisi berbahaya yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ seperti ginjal.

“Preeklamsia merupakan kondisi serius yang mengancam nyawa ibu dan janin,” tegas Upik.

Remaja juga sering kali kekurangan cadangan nutrisi, terutama zat besi, akibat kurangnya pengetahuan gizi. Padahal, anemia pada ibu hamil bisa berakibat fatal.

“Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan perdarahan pascapersalinan,” jelasnya.

Tak hanya bagi ibu, bayi yang lahir dari kehamilan di usia remaja juga berisiko mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), gangguan pernapasan, hingga masalah perkembangan jangka panjang.

“Bayi dari ibu remaja lebih rentan mengalami BBLR atau berat kurang dari 2.500 gram saat lahir. Kondisi ini sering kali membutuhkan perawatan intensif di NICU,” katanya.

Sebagai langkah pencegahan, Upik menyarankan agar remaja yang mengalami kehamilan segera mendapatkan perawatan prenatal dini dan rutin.

Pemeriksaan USG berkala, edukasi nutrisi, serta dukungan emosional dan finansial dari keluarga sangat penting untuk memastikan keselamatan ibu dan janin.

Ia menegaskan, kehamilan di usia remaja harus mendapatkan perhatian serius agar tidak menimbulkan dampak jangka panjang pada kesehatan ibu maupun anak. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini