SuaraSumbar.id - Pembenahan irigasi rusak karena bencana alam menjadi salah satu program prioritas Pemprov Sumatera Barat (Sumbar) pada 2024 dan 2025.
"Bencana yang datang silih berganti di Sumbar membuat sejumlah infrastruktur irigasi mengalami kerusakan. Hal ini bisa berdampak buruk pada sektor pertanian. Karena itu menjadi salah satu prioritas kita untuk memperbaiki," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Kamis (20/6/2024).
Mahyeldi mengatakan, kondisi irigasi yang baik menjadi syarat utama untuk menjaga produksi komoditas pangan, terutama beras, guna menjamin ketersediaan pangan warga Sumbar.
Potensi penurunan produksi komoditas pangan, tidak hanya akan mempengaruhi Sumbar tetapi juga provinsi tetangga, seperti Riau, yang banyak bergantung pada produk pertanian Sumbar.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Sumbar Febrina Tri Susila Putri tidak menampik potensi menurunnya produksi Gabah Kering Giling (GKG) akibat bencana yang merusak lahan pertanian dan irigasi.
Ia memperkirakan potensi kehilangan produksi GKG akibat bencana itu bisa mencapai 21.641,05 ton. Padahal Pemprov Sumbar menargetkan produksi GKG pada 2024 mencapai 1,5 juta ton atau naik sekitar tiga persen dari produksi GKG Sumbar tahun 2023 yang mencapai 1,46 juta ton.
"Untuk mengatasi hal tersebut kami menyiapkan sejumlah langkah untuk mengantisipasi penurunan produksi padi akibat bencana yang merusak ribuan hektare lahan pertanian di daerah itu," katanya.
Langkah yang disiapkan, kata dia antara lain meningkatkan Indeks Pertanaman (IP), kemudian memanfaatkan lahan kering untuk padi gogo.
"Kami juga lakukan upaya pompanisasi untuk mengaliri lahan tadah hujan, sehingga bisa ditanami dan menambah jumlah produksi padi," katanya. (Antara)