Perang Rusia dan Ukraina Diprediksi Berakhir Mei 2022, Ini Alasannya

Penasihat kepala staf presiden Ukraina, Oleksiy Arestovich menyebutkan bahwa perang Rusia dan Ukraina diprediksi berakhir Mei 2022.

Riki Chandra
Rabu, 16 Maret 2022 | 08:15 WIB
Perang Rusia dan Ukraina Diprediksi Berakhir Mei 2022, Ini Alasannya
Tim penyelamat bekerja di samping bangunan yang rusak akibat serangan udara, saat serangan Rusia ke Ukraina terus berlanjut. [Dok.Antara]

SuaraSumbar.id - Penasihat kepala staf presiden Ukraina, Oleksiy Arestovich menyebutkan bahwa perang Rusia dan Ukraina diprediksi berakhir Mei 2022 atau saat pasukan Rusia kehabisan sumber daya untuk menyerang.

Pembicaraan antara Kiev dan Moskow, yang tidak diikuti Arestovich secara pribadi, sejauh ini hanya sedikit menghasilkan kemajuan selain koridor kemanusiaan di kota-kota Ukraina yang terkepung.

Dalam video yang dirilis media lokal, Arestovich mengatakan kapan tepatnya perang akan berakhir akan bergantung pada seberapa banyak sumber daya yang mau dihabiskan oleh Kremlin dalam aksi militernya di Ukraina.

"Saya pikir tak lebih dari Mei, awal Mei, kami harus mencapai kesepakatan damai, mungkin lebih awal, kita akan lihat…" kata Arestovich.

Baca Juga:McDonald's Tutup Semua Gerainya di Rusia

"Kami menghadapi pilihan yang sulit sekarang: perjanjian damai yang tercapai sangat cepat, satu atau dua minggu, dengan penarikan pasukan dan sebagainya, atau akan ada upaya melibatkan orang-orang Suriah selama (pembicaraan) putaran kedua dan, ketika kami menghancurkan mereka juga, perjanjian (akan tercapai) pada pertengahan April atau akhir April," kata Arestovich.

Skenario yang "benar-benar gila" juga bisa mencakup pengiriman baru para prajurit wajib militer oleh Rusia setelah mereka dilatih satu bulan, kata dia.

Tetap saja, bahkan jika perdamaian disepakati, pertempuran-pertempuran kecil bisa terjadi selama setahun, menurut Arestovich, meskipun Ukraina bertekad untuk benar-benar menyingkirkan pasukan Rusia dari wilayahnya.

Perang di Ukraina bermula pada 24 Februari ketika Presiden Rusia Vladimir Putin melancarkan tindakan yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus", serangan terbesar terhadap sebuah negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua. (Antara/Reuters)

Baca Juga:Pemilik Chelsea Roman Abramovich Diduga Korupsi Rp186 Triliun, Kasus Baru Lagi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini