ISD juga mengatakan remaja itu telah menemukan parang yang akan digunakannya untuk melakukan serangan di toko online Carousell dan telah menandai produk itu. Ia belum sempat membeli parang itu saat ditangkap polisi.
Selain rencana membeli senjata, pemuda itu juga diketahui sudah mempersiapkan semacam manifesto yang berisi kebenciannya terhadap Islam. Manifesto itu akan disebarkannya saat serangan dilakukan.
Ada dua dokumen yang ditemukan polisi. Pertama dokumen yang spesifik ditujukan kepada warga Prancis dan ditulisnya setelah serangan terhadap umat Kristen di Nice pada Oktober 2020 kemarin. Di dalamnya ia mengajak warga Prancis untuk membela kebenaran.
Kedua adalah sebuah dokumen yang belum rampung saat remaja itu ditangkap. Isinya adalah manifesto, yang menguraikan kebenciannya terhadap Islam dan bahwa "kekerasan tidak seharusnya diselesaikan dengan perdamaian." Manifesto ini banyak mengutip dari manifesto Tarrant.
Baca Juga:Remaja Kristen Radikal Ditahan Karena Ingin Serang Masjid Gunakan Parang
Pemerintah Singapura sendiri memutuskan untuk tidak melanjutkan kasus ini ke pengadilan. Alih-alih remaja Kristen radikal itu akan direhabilitasi.
Menteri Dalam Negeri Singapura, SK Shanmugam mengatakan proses hukum bukan cara terbaik untuk kasus ini. Ia mengatakan sejumlah kasus terkait terorisme dan radikalisme di Singapura yang melibatkan warga Muslim juga tak diselesaikan di pengadilan.
"Ketika soal Muslim menyerang orang Kristen atau orang Kristen menyerang Muslim, menurut pandangan saya proses hukum yang akan menambah ketegangan. Pendekatan yang kami gunakan - yang sejauh ini berhasil - adalah pertama bergerak cepat, melakukan pencegahan, menghancurkan bibit konflik sejak awal," tegas dia.
(Suara.com)
Baca Juga:Hari Ini, Singapura Mulai Vaksinasi Virus Corona untuk Lansia