Riki Chandra
Selasa, 30 September 2025 | 17:51 WIB
Ilustrasi seseorang sedang bermain HP [Pexels/Andrea Piacquadio]
Baca 10 detik
  • 34 persen remaja kesepian akibat penggunaan gawai berlebihan.
  • Orang tua diminta aktif ngobrol cegah gangguan kesehatan mental remaja.
  • Interaksi keluarga kunci seimbangkan penggunaan gadget dan gaya hidup sehat.

SuaraSumbar.id - Sebanyak 34 persen remaja kesepian karena gawai. Fenomena ini terjadi akibat penggunaan ponsel yang terlalu mendominasi kehidupan sehari-hari hingga mengurangi interaksi sosial dengan keluarga maupun teman sebaya.

Fakta ini disampaikan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga) sekaligus Kepala BKKBN, Wihaji.

“Ada 68 juta anak Indonesia berumur 10-24 tahun, tetapi hampir 34 persen di antaranya kesepian karena hidupnya asyik dengan teknologi. Ada keluarga baru handphone, ketika anak ngobrol dengan orang tua kadang tidak didengarkan,” ujar Wihaji, Selasa (30/9/2025).

Wihaji mengatakan bahwa satu dari empat remaja di Indonesia pernah mengalami stres yang berdampak pada kesehatan mental mereka.

Kondisi ini muncul karena kurangnya komunikasi langsung dan interaksi sosial akibat penggunaan gawai berlebihan.

“Hati-hati, sekarang orang tua memegang handphone, handphone juga jadi teman kita makan. Saat makan bareng-bareng dengan keluarga, masing-masing memegang handphone sendiri-sendiri,” tambahnya.

Data penelitian menunjukkan rata-rata anak SMA di Indonesia mengakses gawai hingga 7-8 jam per hari. Kebiasaan ini memicu penurunan kesehatan mental karena mereka menganggap semua masalah dapat diselesaikan dengan internet.

“Gara-gara ponsel, apapun sekarang diselesaikan lewat online. Negara-negara maju, teknologinya iya, tetapi jangan sampai teknologi mengatur otak kita, memberikan algoritma pada kita,” katanya.

Young Health Summit 2025 sendiri digelar oleh Plan Indonesia bersama BKKBN, AstraZeneca Young Health Programme, Lentera Anak Foundation, dan Universitas Yarsi. Kegiatan ini mendorong remaja untuk menjalani gaya hidup sehat dan aktif demi menyongsong Indonesia Emas 2045.

Isu kesehatan mental remaja akibat ketergantungan digital juga tengah menjadi sorotan global. Laporan WHO 2024 mencatat lebih dari 30 persen remaja di dunia mengalami rasa kesepian, dengan penggunaan media sosial berlebihan sebagai salah satu pemicu.

“Remaja membutuhkan ruang untuk didengar dan dihargai, bukan sekadar ditemani gawai,” tutup Wihaji. (Antara)

Load More