- Monumen yang secara resmi bernama Tugu Bagindo Aziz Chan ini bukan sekadar patung biasa
- Bagindo Aziz Chan merupakan Wali Kota Padang , menggantikan Mr. Abu Bakar Djaar
- Bagindo Aziz Chan pun gugur seketika di tempat
SuaraSumbar.id - Bagi Anda yang tinggal atau pernah melintas di Kota Padang, Sumatera Barat, pasti sudah tidak asing lagi dengan monumen kepalan tangan raksasa yang tegak berdiri di tengah pertigaan antara Lapai, Siteba dan Gunung Pangilun.
Sehari-hari, tempat ini akrab disapa Simpang Tinju, seolah menyingkirkan nama aslinya yang kurang populer. Tugu ini seakan menjadi saksi bisu dari setiap aktivitas kota yang tak pernah berhenti.
Namun, apakah Anda tahu, di balik bentuknya yang unik, monumen ini menyimpan sebuah kisah heroik yang jarang diceritakan?
Sebuah cerita tentang pengorbanan, darah, dan air mata seorang patriot bangsa yang rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan.
Monumen yang secara resmi bernama Tugu Bagindo Aziz Chan ini bukan sekadar patung biasa. Ia adalah simbol, sebuah pengingat abadi akan jasa besar seorang pahlawan.
Monumen ini diresmikan pada 19 Juli 1985 oleh Wali Kota Padang saat itu, Syarul Ujud. Bentuknya yang ikonik, sebuah kepalan tangan perkasa yang menengadah ke langit, dipilih dengan penuh makna.
Kepalan tangan ini adalah simbol dari semangat juang yang membara, tekad yang bulat, dan perlawanan tanpa kompromi.
Siapakah Bagindo Aziz Chan?
Mungkin banyak dari Anda yang hanya mengenal namanya dari jalan atau tugu, tanpa benar-benar memahami siapa sebenarnya Bagindo Aziz Chan.
Bagindo Aziz Chan lahir di Kota Padang pada 30 September 1910. Dirinya merupakan Wali Kota Padang , menggantikan Mr. Abu Bakar Djaar.
Jabatannya yang diembannya tidaklah mudah. Sebab, ia menerima amanat untuk memimpin Kota Padang di masa-masa paling genting.
Kala itu Belanda berupaya berusaha kembali menancapkan kekuasaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Tragedi 19 Juli 1947
Peristiwa pada 19 Juli 1947 sore menjadi salah satu titik tragis dalam perjalanan perjuangan Bagindo Aziz Chan.
Mobil yang ditumpanginya bersama keluarga menuju Padang Panjang, dicegat oleh pasukan Belanda di bawah komando Letnan Kolonel Van Erps di daerah Purus.
Tag
Berita Terkait
-
Pensiunan Guru di Sumbar Tewas Bersimbah Darah Usai Salat Subuh
-
Bertolak ke Padang dengan Dua Misi, Persija Jakarta Bawa Ambisi Kemenangan dan Empati untuk Sumatra
-
Jelang Hadapi Semen Padang, Pelatih Persija Punya Ambisi Pertahankan Rekor Kemenangan
-
Persija Kirim Pesan Kemanusiaan ke Sumbar Jelang Duel Kontra Semen Padang
-
Prabowo Kembali Tinjau Lokasi Banjir dan Longsor di Sumatera Barat
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
KLH Segel 5 Tambang di Sumbar, Diduga Picu Banjir DAS Batang Kuranji Padang
-
72 Korban Bencana Hidrometeorologi di Agam Belum Ditemukan, Pencarian Dikebut Pakai Alat Berat
-
Parah! Kematian Ikan Danau Maninjau Tembus 1.428 Ton, Petani Merugi Rp 32,86 Miliar
-
Danantara dan BP BUMN Konsolidasikan 1.000 Relawan BUMN di Sumatra, Dukung Pemulihan Warga Terdampak
-
BRI Terjunkan Berbagai Bantuan kepada Masyarakat Terdampak Bencana di Sumatera