Suharyo menceritakan, pada 8 Juni 2024 kepolisian telah mendeteksi akan terjadi aksi tawuran yang melibatkan empat gangster terbesar di Sumbar. Aksi tawuran ini akan dimulai pada 9 Juni dini hari.
Afif Maulana dengan rekannya Aditia, telah melakukan percakapan tentang aksi tawuran tersebut. Hal ini bukan rekayasa, karena didapat dari percakapan mereka di handphone.
"Mereka berbeda, satu itu masih anak-anak (Afif Maulana), yang satu sudah senior (Aditia). Pimpinan gangsternya itu, dia berkawan dengan pimpinan gangster ini," ungkapnya.
Lalu, kelompok ini berkumpul di suatu titik pada pukul 01.30 WIB 9 Juni 2024. Dalam percakapan itu akhirnya bertemulah di suatu titik dengan 15 kendaraan sepeda motor berjumlah 30 orang dengan membawa sajam beraneka ragam.
Suharyono menyebutkan dalam waktu lima menit dirinya memerintahkan Dirsabhara untuk turun ke lapangan. Sebanyak 30 personel Ditsabhara Polda Sumbar ditambah tujuh personel Polresta Padang dikerahkan.
37 anggota kepolisian lalu menghambat aksi tawuran saat berada di Jembatan Kuranji. Sempat dihentikan namun tidak diindahkan, dikejar mereka memacu kendaraannya dengan mengacungkan sajamnya,
"Di video kami ada. Tidak rekayasa. Cara satu-satunya untuk menghambat tidak boleh dengan menembak, atau memukul dengan benda keras. Kecuali menjatuhkan mereka dari kendaraannya, itu sudah bagian dari tindakan yang tegas terukur daripada membunuh, melukai lawan," bebernya.
Suharyono mengatakan di saat Afif Maulana dan Aditia jatuh di Jembatan Kuranji, terjadi percakapan. Percakapan itu adalah ajakan Afif Maulana ke Aditia untuk meloncat dari atas jembatan.
"Enggak apa-apa saya sampaikan secara teknis, biar tidak salah paham. Bahasanya pakai bahasa Minang. Saya panggil ahli bahasa. Dalam bahasa Indonesianya adalah saat keduanya jatuh dari sepeda motornya, Afif Maulana mengajak Aditia untuk meloncat melarikan diri dari tangkapan polisi," kata dia.
"Kalimatnya adalah dalam bahasa Indonesianya: Kak, kita meloncat saja. Kita melarikan saja. Aditia yang diajak bicara, jangan meloncat, jangan meloncat. Kita menyerahkan diri saja ke polisi. Jawaban Aditia. Yakin ada percakapan, jaraknya hanya tiga meter," ujar Suharyono.
Berita Terkait
-
Kaleidosskop 2024: Kekerasan Polisi Berulang, Mulai dari Kematian Bocah Afif hingga Penembakan Gamma
-
Profil dan Rekam Jejak Brigjen Gatot Tri Suryanta: Kapolda Sumbar Baru, Teman Satu Angkatan Kapolri Listyo Sigit Prabowo
-
Sahroni Peringatkan Kapolda Sumbar: Jangan Main-main, Lurus-lurus Saja Tangani Kasus Polisi Tembak Polisi!
-
AKP Dadang Penembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan Terancam Hukuman Mati, Dijerat Pasal Pembunuhan Berencana
-
Tampang AKP Dadang, Tembaki Rumah Kapolres Solok Selatan Usai Tembak Mati Kasat Reskrim!
Tag
Terpopuler
- Dedi Mulyadi Syok, Bapak 11 Anak dengan Hidup Pas-pasan Tolak KB: Kan Nggak Mesti Begitu
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Review Pabrik Gula: Upgrade KKN di Desa Penari yang Melebihi Ekspektasi
- Harga Tiket Pesawat Medan-Batam Nyaris Rp18 Juta Sekali Penerbangan
- Rekaman Lisa Mariana Peras Ridwan Kamil Rp2,5 M Viral, Psikolog Beri Komentar Menohok
Pilihan
-
Hasil Akhir! Pesta Gol, Timnas Indonesia U-17 Lolos Piala Dunia
-
Hasil Babak Pertama: Gol Indah Zahaby Gholy Bawa Timnas Indonesia U-17 Unggul Dua Gol
-
BREAKING NEWS! Daftar Susunan Pemain Timnas Indonesia U-17 vs Yaman
-
Baru Gabung Timnas Indonesia, Emil Audero Bongkar Rencana Masa Depan
-
Sosok Murdaya Poo, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Meninggal Dunia Hari Ini
Terkini
-
Pembunuhan Sadis Seorang Pria di Pesisir Selatan: Tubuh Digergaji, Dicor dalam Bak Mandi Sejak 2023!
-
Harga Tiket Pesawat Padang-Jakarta Tembus Rp 10 Jutaan, ke Malaysia Hanya Rp 1,4 Juta
-
8 Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Pasaman Barat Selama Operasi Ketupat Singgalang 2025, 3 Tewas!
-
Langkah Hebat Desa Wunut, Bagi-Bagi THR dan Sediakan Jaminan Sosial untuk Warga
-
Gempa 4,7 Magnitudo Guncang Kabupaten Agam, BMKG Ungkap Pemicunya