SuaraSumbar.id - Arung Pamalayu menjadi puncak kemeriahan Festival Pamalayu Kenduri Swarnabhumi, Selasa (23/8/2022). Tim susur budaya aliran Batanghari itu membawa larut ke masa lampau hingga menyita ribuan pasang mata di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar). Tak berlebihan, masyarakat begitu antusias menyaksikannya.
Tingkah gendang berpadu irama musik tradisional, sahut menyahut mengantar langkah tim Arung Pamalayu yang berlayar dengan puluhan tempek (perahu) menyusuri Batanghari. Arung sungai ini dimulai dari bawah jembatan panjang Sungai Dareh di Kecamatan Pulau Punjung dan berlabuh di Candi Pulau Sawah di Nagari Siguntur, Kecamatan Sitiung.
Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan dan ratusan tokoh lainnya, begitu anggun mengenakan ragam pakaian adat. Sungguh sebuah pemandangan yang jarang terlihat di lintasan zaman yang kian maju.
Festival Pamalayu edisi kedua ini betul-betul berkesan. Jamak pesan tersirat dari berbagai rangkaian kegiatan yang diramu dalam tema "Keselarasan Alam Raya" itu. Mulai dari mendidik pelajar menyelamatkan cagar budaya lewat artefak kuno, hingga mempertajam ajakan mengembalikan kejernihan sungai Batanghari lewat simbol susur budaya Arung Pamalayu.
Arung Pamalayu mengkiaskan 'jalan juang' Sutan Riska yang ingin mengembalikan kejernihan aliran Batanghari. Kini, kondisi sungai dengan panjang sekitar 800 kilometer yang berhulu di Gunung Rasan dan bermuara di pantai timur Sumatera ke Laut Cina Selatan itu, memang kian memprihatinkan. Padahal sungai adalah sumber kehidupan. Perannya sangat besar dalam perabadan masyarakat, termasuk di Dharmasraya.
Batanghari yang lebarnya mencapai 500 meter itu berubah jadi muara 'pembuangan' segala macam. Airnya keruh. Tebing-tebingnya banyak yang roboh dan terkikis. Pohon tumbang dibiarkan mengakar ke sungai. Ada pula sempadan sungai dipenuhi sawit. Betul-betul kondisi yang mengkhawatirkan untuk sebuah misi penjernihan sungai.
"Jernihnya saat libur saja. Dua hari jelang Idul Fitri dan tiga hari sesudahnya. Setelah itu, air sungai kembali keruh karena mesin tambang kembali beraktivitas," kata salah seorang warga Dharmasraya kepada SuaraSumbar.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pencemaran Batanghari dipicu aktivitas tambang yang mencari emas. Sementara tambang pasir memang bagian dari kehidupan masyarakat sepanjang aliran sungai.
"Sulit mengembalikan sungai seperti dulunya yang bersih dan jernih. Selain keruh, sungai juga telah mengandung raksa," tuturnya lagi.
Baca Juga: Asri Welas Ungkap Indra Bekti yang Masih Ingat Dengan Pekerjaannya Usai Jalani Operasi
Sementara itu, sejarawan dari Universitas Andalas (Unand), Gusti Asnan mengatakan bahwa tipologis Batanghari berbeda dengan aliran sungai-sungai yang berada di kawasan timur Sumatera. Rata-rata, seungai di Sumbar pendek, deras dan kecil. Lebih-lebih sungai yang bermuara ke Samudera India.
"Sungai di Dharmasraya ini panjang dan besar. Sungai ini memiliki peran penting bagi kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakatnya," katanya.
Mengembalikan Kejernihan Batanghari
Menurut Gusti Asnan, hampir semua orang tahu bahwa peradaban Dharmasraya itu sebetulnya berawal tumbuh di kawasan pinggiran sungai Batanghari, terutama pada periode awal kerajaan Dharmasraya. Bahkan sampai era revolusi dan perang Kemerdekaan RI.
"Sungai Batanghari telah mewarnai peradaban melayu dan peradaban Dharmasraya itu sendiri. Seperti yang saya katakan tadi, tumbuh dan berkembangnya peradaban itu berawal dari sungai," tuturnya.
Guru besar sejarah itu berpendapat bahwa fungsi sungai di daerah Sumbar memang berdasarkan lokasinya masing-masing. Di bagian barat wilayah Sumbar, peran historis sungai relatif minim. Namun, fungsi ekonomisnya, terutama untuk pengairan sangat penting dan diperlukan.
Tag
Berita Terkait
-
Dinyatakan Bebas oleh Majelis Hakim Nikita Mirzani Menangis Histeris di Ruang Sidang
-
Jelang Akhir Tahun, Netflix Bukukan Catatan 60 Persen Pelanggan Global Nonton Drakor
-
Bucin Akut, Norma Risma Sempat Tak Mau Cerai Meski Warga Sudah Menggerebek Ibu dan Suaminya Selingkuh
-
Oppo Find X6 Pro Bakal Gunakan Sensor Kamera 1 Inci dari Sony
-
Profil Sarach Yooyen, Penyelamat Timnas Thailand dari Kekalahan Lawan Indonesia
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Gerakan Marandang untuk Sumatera Target 1 Ton Rendang, 2 Hari Masak 400 Kg
-
Jam Berapa Mobil Bisa Lewat Lembah Anai? Ini Aturan Uji Coba Kendaraan Jalur Padang-Bukittinggi
-
Penyintas Banjir Bandang di Padang Mulai Diserang ISPA, Dokter Ungkap Penyebab dan Risiko Penularan
-
Jalur Padang-Bukittinggi via Lembah Anai Resmi Dibuka Terbatas, Ini Kata Menteri PU
-
Percepat Relokasi Korban Bencana Sumbar, Mensesneg Perintah Gubernur Pakai Lahan Negara dan BUMN!