Sementara sungai di bagian timur, mulai dari Pasaman, Limapuluh Kota, Tanah Datar hingga Sijunjung dan Dharmasraya, memiliki peran yang besar dalam kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
"Di masa lalu, peradaban, kebudayaan dan aktivitas politik orang-orang Pasaman, Tanah Datar sampai Sijunjung dan Dharmasraya, sangat ditentukan oleh sungai," tuturnya.
Ia pun mengaku miris dengan kondisi fisik aliran Batanghari saat ini. Menurutnya, kondisi tersebut secara tidak langsung juga merusak konteks historis sungai di Dharmasraya itu.
"Itu (kerusakan sungai) dipicu pemanfaatan secara ilegal oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mungkin tambang emas dan sebagainya. Pembabatan hutan juga memicu pencemaran air sungai hingga membuka ruang musibah banjir dan longsor," katanya.
Gusti Asnan berharap upaya Pemkab Dharmasraya dan Pemprov Sumbar mengembalikan kejernihan Batanghari berjalan baik. Menurutnya, menyelamatkan sungai Batanghari adalah bagian dari menjaga sejarah peradadan masyarakat Dharmasraya.
Dari catatan, jejak perdaban masa lalu di sepanjang aliran Batanghari memang banyak ditemukan. Mulai dari Koto Kandis, Muarajambi, Padang Roco, Pulau Sawah, dan Solok Sipin. Bahkan, ada yang dipilih penguasa Melayu menjadi pusat pemerintahannya.
Sejarah kehidupan di kawasan aliran Batanghari memang sudah sangat tua. Pengaruh prehistori bahkan sampai ke Kerinci. Selain itu, ada juga pengaruh dari Tiongkok dengan ditemukannya keramik-keramik di Dinasti Han, abad ke-3. Kemudian, Batanghari juga menyimpan banyak sejarah yang berkaitan dengan peradaban Melayu.
Sejak abad ke-7, hiliran Batanghari telah menjadi titik perdagangan penting bagi beberapa kerajaan yang pernah muncul di pulau Sumatera; Sriwijaya dan Dharmasraya. Maka tak heran, sebagai salah satu daerah yang dilintasi Batanghari, Pemkab Dharmasraya getol mengkampanyekan penjernihan sungai bersejarah itu.
Mayoritas masyarakat Dharmasraya menjadikan sungai sebagai penghidupan ternak hingga kebutuhan sawah ladang. Sejatinya, daerah yang dilewati Batanghari tak hanya Dharmasraya. Sungai itu mengalir ke wilayah Tanjung Jabung Timur, Muaro Jambi, Sarolangun, Merangin, Tebo, Bungo hingga Kota Jambi di Provinsi Jambi. Semua daerah di dua provinsi itu kini saling menguatkan demi tujuan yang sama dalam balutan Festival Pamalayu.
Baca Juga: Asri Welas Ungkap Indra Bekti yang Masih Ingat Dengan Pekerjaannya Usai Jalani Operasi
"Perayaan festival Pamalayu ini bukan sekadar untuk peradaban kebudayaan dan kesenian saja. Kami juga suarakan pentingnya melindungi lingkungan, terutama sungai Batanghari," kata Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan.
Sutan Riska optimis cita-citanya menjernihkan kembali aliran Batanghari akan terwujud di masa mendatang. Menurutnya, semua kepala daerah yang wilayahnya dilintasi Batanghari, termasuk penegak hukum, sudah berkomitmen untuk sama-sama mengembalikan keasrian Batanghari.
Pihaknya bersama penegak hukum akan mengedukasi para penambang emas di aliran Batanghari untuk tidak lagi merusak lingkungan. Hal itu bisa dilakukan dengan memberikan izin resmi dengan syarat mengikuti semua tahapan yang ada. Dengan begitu, air Batanghari tidak lagi tercemar oleh kandungan mercury.
"Langkah memperketat penjagaan sungai Batanghari tentu saja dengan melahirkan Peraturan daerah (Perda). Kami juga akan buat Peraturan Bupati (Perbup) tentang larangan membuang sampah ke sungai. Sekarang sudah ada 12 Lubuk Larangan di Batanghari. Semoga ini menjadi langkah awal menjernihkan kembali Batanghari," katanya.
Merawat Sejarah
Festival Pamalayu digagas untuk membangkitkan kembali memori masa lampau agar generasi muda mengetahui sejarah daerah itu sendiri. Gelaran kegiatannya dibungkus dengan ragam atraksi budaya. Banyak cerita tentang perabadan Budha dan Hindu di tanah Dharmasraya. Dalam edisi kedua ini, sejumlah artefak kuno pun dipamerkan kepada masyarakat di kawasan Candi Pulau Sawah.
Tag
Berita Terkait
-
Dinyatakan Bebas oleh Majelis Hakim Nikita Mirzani Menangis Histeris di Ruang Sidang
-
Jelang Akhir Tahun, Netflix Bukukan Catatan 60 Persen Pelanggan Global Nonton Drakor
-
Bucin Akut, Norma Risma Sempat Tak Mau Cerai Meski Warga Sudah Menggerebek Ibu dan Suaminya Selingkuh
-
Oppo Find X6 Pro Bakal Gunakan Sensor Kamera 1 Inci dari Sony
-
Profil Sarach Yooyen, Penyelamat Timnas Thailand dari Kekalahan Lawan Indonesia
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
Terkini
-
7 Tanda Tubuh Stres Gegara Olahraga Berlebihan, Bahaya Bagi Kesehatan!
-
7 Manfaat Rebusan Kunyit Jahe Sereh, Minuman Herbal untuk Jaga Daya Tahan Tubuh!
-
5 Cara Masak Mi Instan yang Sehat, Cita Rasa Tetap Menggugah!
-
Pembangunan Jalan Bypass Bukittinggi-Koto Baru Dilanjutkan, Solusi Atasi Kemacetan Parah!
-
Pemerintah Pusat Janji Kebut Pembangunan Flyover Sitinjau Lauik, Ini Kata Gubernur Sumbar