Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Jum'at, 15 Juli 2022 | 08:15 WIB
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tanggapi fenomena SCBD (Sudirman Citayam Bogor Depok) dalam konferensi pers bertajuk pembukaan TOD Fair 2022 di Jakarta, Kamis (7/7/2022). [ANTARA/Sinta Ambarwati]

SuaraSumbar.id - Hasil survei Indonesia Elections and Strategic (indEX) Research mengungkapkan bahwa elektabilitas Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mencapai 7 persen pada Juli 2022. Angka tersebut meningkat dari 4,8 persen pada April 2022 akibat dukungan terhadap Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

“Keputusan rakernas (rapat kerja nasional) NasDem mengusulkan Anies sebagai salah satu capres membuat elektabilitas NasDem tergerus, sedangkan PKS justru tampak menuai Anies Effect dengan besarnya dukungan kader terhadap pencapresan Anies,” kata Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni, Kamis (14/7/2022).

Menurut Vivin, ini merupakan capaian tertinggi bagi PKS dalam setahun terakhir. PKS berhasil meraih peringkat empat, setelah posisi tiga besar yang masih diduduki oleh PDIP (18,1 persen), Gerindra (12,6 persen), dan Golkar (7,8 persen).

Lebih lanjut, Vivin mengatakan bahwa elektabilitas NasDem justru terjun bebas setelah mengusulkan Anies sebagai capres. Dalam survei sebelumnya, April 2022, NasDem mengamankan posisi di atas ambang batas parlemen 4 persen.

Baca Juga: Kebijakan Anies Baswedan Mengubah Nama Jalan Disebut Tidak Matang, PDIP: Di Google Maps Saja Belum Berubah

Akan tetapi, kini elektabilitas NasDem tersisa 1,5 persen, tipis di atas Perindo yang mencapai 1,3 persen.

Menurut Vivin, NasDem dengan semangat restorasi Indonesia dikenal publik sebagai salah satu partai berhaluan nasionalis. Selain itu, NasDem mendukung pemerintahan Jokowi selama dua periode.

“Dukungan kepada Anies membuat berpindahnya suara-suara moderat dari NasDem,” kata Vivin.

Anies bukan satu-satunya nama yang diusulkan NasDem, ada pula Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.

“Tetapi dukungan Nasdem kepada Anies menyalakan alarm bagi kelompok-kelompok moderat yang selama ini menilai figur Anies lekat dengan politik identitas,” ucap Vivin.

Baca Juga: Elektabilitas PKS Menanjak Susul Partai Golkar, Terdongkrak Anies Baswedan Effect

Meskipun ketiga usulan nama tersebut belum menjamin NasDem mampu menggalang koalisi, tetapi setidaknya Anies berhasil mengamankan dukungan menjelang berakhirnya masa jabatan sebagai gubernur.

“Kelompok-kelompok relawan Anies di berbagai daerah mendapat semangat karena meyakini Anies bakal meraih tiket capres (calon presiden) pada 2024,” kata Vivin.

Sementara itu, PKS memang memosisikan diri sebagai oposisi terdepan selama dua periode Jokowi. PKS juga menjadi pengusung utama Anies dalam Pilkada DKI Jakarta.

“Sejauh ini PKS belum secara resmi mendukung Anies, tetapi PKS tampak gencar mendorong koalisi bersama NasDem dan Demokrat untuk mengusung Anies sebagai capres,” kata Vivin.

Pada urutan di bawah PKS, ada PKB (6,5 persen), PSI (6,0 persen), dan Demokrat (4,7 persen). Selebihnya berada di bawah ambang batas parlemen, yaitu PAN (2,3 persen) dan PPP (1,8 persen). Setelah Nasdem dan Perindo, ada dua parpol baru yaitu Gelora (1,1 persen) dan Partai Ummat (0,8 persen).

Sisanya adalah Hanura (0,5 persen), PBB (0,3 persen), Berkarya (0,2 persen), dan PKPI (0,1 persen). Garuda dan Masyumi Reborn nihil, sedangkan partai-partai lainnya mendapat dukungan 1,1 persen, dan tidak tahu/tidak jawab 26,3 persen.

“Partai-partai baru atau reborn lainnya mulai bermunculan, saat ini sedang dalam proses pendaftaran di tingkat KPU,” kata Vivin.

Survei Index Research dilakukan pada 1-7 Juli 2022 terhadap 1.200 orang mewakili semua provinsi. Sampel dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), diwawancara secara tatap muka dengan penerapan protokol kesehatan. Margin of error survei sebesar 2,9 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Antara)

Load More