SuaraSumbar.id - Kasus baru positif Covid-19 di Indonesia tembus seribu kasus lebih secara berturut-turut dalam kurun waktu 6 hari terakhir.
Laporan Satgas Covid-19 RI per Senin (20/6/2022) pukul 12.00 WIB, tercatat ada 1.180 orang terkonfirmasi positif Covid-19 dalam sehari.
Menyikapi hal itu, epidemiolog Universitas Griffith Australia, dr. Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan bahwa lonjakan kasus positif di Indonesia saat ini akibat paparan Omicron subvarian BA.4 dan BA.5.
"Besar kemungkinan itu adalah karena BA.4 dan BA.5 karena konteks sekarang sudah merebak di berbagai kawasan di dunia, termasuk Indonesia di tengah adanya peningkatan kasus yang lebih dari 25 persen dalam waktu yang relatif singkat kurang dari 2 minggu," kata dokter Dicky, dikutip dari Suara.com, Selasa (21/6/2022).
Hanya saja, lonjakan kasus tersebut terjadi di tengah keterbatasan testing Covid-19 yang masih terjadi. Sehingga, menurut dr. Dicky, kemungkinan besar sebagian dari pasien baru Covid-19 itu mengalami gejala, sehingga bisa terdeteksi.
"Artinya ada fenomena gunung es, di situlah kemungkinan besar penyebabnya karena BA.4 dan BA.5," imbuhnya.
Bukan hanya terjadi di Indonesia, dr. Dicky mengatakan bahwa di beberapa negara Eropa juga terjadi lonjakan kasus positif dalam waktu relatif cepat, antara 2-4 minggu. Selain itu juga diikuti dengan peningkatan jumlah pasien di fasilitas kesehatan yang didominasi oleh orang lanjut usia belum divaksinasi.
Ia menambahkan, infeksi Covid-19 akibat subvarian BA.4 dan BA.5 sebenarnya berpotensi tidak menimbulkan keparahan gejala pada orang yang sudah divaksinasi penuh dan booster. Gejala yang timbul dikatakan lebih ringan daripada infeksi akibat varian Delta.
Tetapi, dr. Dicky mengingatkan bahwa ada risiko keparahan penyakit apabila BA.4 dan BA.5 tersebut menginfeksi individu rentan, misalnya lansia, orang dengan komorbid, juga anak-anak, yang belum divaksinasi.
Baca Juga: Efek Positif Pandemi Covid Melecut Percepatan Transformasi Digital Sektor e-Commerce
"Update terakhir BA.4 dan BA.5, selain membawa mutasi L452 yang sama persis sifatnya karakternya dengan Delta, dibuktikan dengan gejala yang mirip. Bahkan di Eropa ditemukan gejala keparahan sudah mirip Delta, ada sesak, kehilangan penciuman juga rasa, termasuk gejala lain seperti kelelahan dan nyeri di tenggorokan," ungkapnya.
Berita Terkait
-
Satgas Covid-19 Tegaskan PPKM Masih Akan Terus Berlaku di Indonesia
-
Update Covid-19 Indonesia 26 Mei: Tambah 246 Kasus, Jakarta Jadi Penyumbang Terbanyak
-
Update Covid-19: Kasus Positif Tambah 318 Kasus, 3.766 Orang Masih Dirawat
-
Update Covid-19 Indonesia: Positif Tambah 257 Kasus, 293 Pasien Sembuh, 5 Jiwa Meninggal
-
5,88 Juta Lebih Orang Sembuh dari Covid-19, Jateng dan DIY Penyumbang Terbanyak
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Penyintas Banjir Bandang di Padang Mulai Diserang ISPA, Dokter Ungkap Penyebab dan Risiko Penularan
-
Jalur Padang-Bukittinggi via Lembah Anai Resmi Dibuka Terbatas, Ini Kata Menteri PU
-
Percepat Relokasi Korban Bencana Sumbar, Mensesneg Perintah Gubernur Pakai Lahan Negara dan BUMN!
-
Pasaman Barat Perpanpang Masa Tanggap Darurat, Akses Terputus Jadi Tantangan Serius
-
Penumpang Bandara Internasional Minangkabau Diprediksi Menurun Saat Libur Nataru 2026, Ini Alasannya