SuaraSumbar.id - Media sosial (medsos) kini menjadi kebutuhan mayoritas orang, terutama para remaja. Medsos digunakan untuk berinteraksi dengan dengan orang lain, atau juga untuk mencari hiburan semata.
Sebuah studi yang diterbitkan jurnal Personality and Individual Differences mengungkapkan bahwa remaja perempuan yang kegandrungan bermain medsos dapat mempengaruhi psikologis.
Apalagi, medsos selalu dipenuhi model-model cantik, memiliki body goals, dan mereka terlihat menjalani kehidupan sempurna. Hal ini ternyata memengaruhi penonton secara emosional, terutama remaja perempuan yang memiliki perfeksionis.
Remaja perempuan sangat rentan terhadap standar kecantikan yang dianggap sempurna itu, membuat kecemasan dan rasa tidak aman, atau insecurity, makin intens.
Baca Juga: Potret Mobil Parkir Mepet dengan Gerobak Pedagang Kaki Lima, Timbulkan Pro dan Kontra
Dampak ini paling berpengaruh pada remaja perempuan yang memiliki sifat perfeksionis. Sebab, mereka cenderung menetapkan standar terhadap diri sendiri tanpa kompromi.
"Studi baru kami menunjukkan bahwa perfeksionisme adalah salah satu karakter yang dapat membuat perempuan muda rentan terhadap efek berbahaya media sosial," jelas peneliti Marianne Etherson dari York St John University, dikutip dari Suara.com, Minggu (7/11/2021).
Selain itu, banyak yang merasa tidak cukup setelah melihat kehidupan orang lain yang sudah 'diubah' seolah menjadi sempurna.
Alasannya, media sosial menyediakan peluang bagi para remaja perempuan ini untuk membandingkan penampilan mereka dengan orang lain.
Studi ini juga menunjukkan bahwa wanita sering melihat diri mereka secara negatif akibat perbandingan tersebut.
Baca Juga: Viral Istri Ngomel Ketika Hendak Ditolong Suami Usai Kecelakaan, Malah Pilih Main Ponsel
Telah terbukti bahwa kekhawatiran akan citra tubuh pada wanita dapat mengurangi kebahagiaan dan meningkatkan perasaan terasing secara sosial.
Selain itu, studi ini juga menemukan sifat perfeksionisme pada orang-orang muda telah meningkat, yang mana sangat mengkhawatirkan karena dapat menyebabkan depresi, gangguan makan, bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Berita Terkait
-
Filosofi Tongkrongan: Saring Pikiran Biar Gak Jadi Ujaran Kebencian
-
Review Film Pinjam 100 The Movie: Perjuangan, Tawa, dan Salam dari Binjai
-
Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?
-
Mengenal Kopino, Anak-anak dari Ibu Filipina Korban Pria Korea Selatan
-
Fenomena Brain Rot: Pembusukan Otak karena Sering Konsumsi Konten Receh
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Kabar Duka, Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- HP Murah Oppo A5i Lolos Sertifikasi di Indonesia, Ini Bocoran Fiturnya
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Banun Kinantan, Nama Bayi Harimau Sumatera yang Lahir di TMSBK Bukittinggi!
-
Klik Link DANA Kaget Aktif Hari Ini, Waspada Jebakan Penipu dan Ini Cara Amannya!
-
Kapan Tol Padang-Sicincin Beroperasi Penuh? Ini Jawabannya
-
DANA Kaget 18 April 2025: Siapa Cepat Dia Dapat, Klaim Saldo Gratis Sekarang!
-
Wacana Sumatera Barat Jadi Daerah Istimewa Minangkabau Menguat Lagi, Ini Alasan dan Dasarnya!