Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 13 Oktober 2021 | 19:30 WIB
Para peserta Workshop & Kompetisi Jurnalistik Global Forest Watch (GFW). [Dok.Istimewa]

SuaraSumbar.id - Sejumlah platform data terbuka kini memudahkan kerja jurnalistik. Apalagi, produk jurnalistik hari ini dituntut berbasis data.

Global Forest Watch (GFW) merupakan salah satu platform yang menyajikan data-data spasial. Penyajian datanya bersifat hampir seketika atau near real time. Citra satelit yang jika digunakan secara bersama-sama dapat mendeteksi aktivitas ekspliotasi hutan.

“Berbagai fitur platfom ada penyesuaian karena menyesuaikan dengan wali data yang dipergunakan, jurnalis juga bisa mamanfaatkan data instansi lainnya, seperti kementerian kehutanan setempat,” kata Zuraidah Said, Koordinator Global Forest Watch WRI dalam Workshop & Kompetisi Jurnalistik : “Memanfaatkan Platform Global Forest Watch untuk Memantau SDA dan Hutan Indonesia”, yang berlangsung selama dua hari, (12-13/10/2021).

Workshop virtual ini khusus diperuntukkan bagi 15 jurnalis dari Aceh hingga Papua yang lolos seleksi. Para jurnalis dari berbagai media massa itu berkesempatan belajar membaca data dan analisis dengan menggunakan platform Global Forest Watch dan pendampingan dari tim Global Forest Watch.

Baca Juga: Seruan Penyelamatan Hutan Indonesia

“Di platform Global Forest Watch dikenalkan bagaimana mengenal berbagai fitur yang disajikan pada dashboard, hingga mendapatkan data dan info grafisnya,” katanya.

Tersedianya data sumber daya alam dan lahan di platform GFW tentunya dapat menjadi sumber informasi status terkini kondisi sumber daya alam dan hutan di Indonesia.

Data dari platform ini sangat penting untuk mendukung kebutuhan data bagi kepentingan jurnalis dan advokasi. Jurnalis dapat mengolah data dan informasi dalam bentuk narasi sehingga memudahkan publik memahami isu hutan dan sumber daya alam.

Budi Nurgianto, Pemateri dan Trainer Jurnalisme Data SIEJ dalam Workshop menyampaikan, platform ini menyajikan berbagai data terbuka yang cukup detail yang juga menarik mengenai luasan pohon, iklim dan keterangan hutan lainnya.

“Jurnalis bisa mengakses dan mengunduh data tanpa harus menyurati WRI, dan tetap menampilkan sumber datanya. Di Platform ini pun lebih menarik, karena banyak data terbuka yang disajikan, dan bisa diambil dalam bentuk yang lebih rapi,” terangnya.

Baca Juga: 7 Agustus Sebagai Hari Hutan Indonesia, Ini Fakta Penting Tentang Hutan!

Menurut Budi, ada empat tips membangun ide liputan jurnalisme data, di antaranya mampu membaca peta besar data atau data terbuka yang tersedia, membangun kontradiksi antara data, menguji statistik realitas, hingga mampu menyampaikannya dengan apik.

“Kerja-kerja jurnalisme data, ialah kerja berbasis data statistik. Cerita yang berawal dari pola-pola bacaan data, serta membangun suatu narasi atau cerita. Jurnalisme data membuat jurnalisme lebih apik, berisi dan mengalisa hipotesa awal lebih berbasis angka dan data,” lanjut Budi.

Jurnalisme data menjadi bagian mewujudkan jurnalisme yang mampu dipertanggungjawabkan pada publik. Karena itu, guna mengaplikasikanya, membutuhkan perangkat dan platform yang mendukung.

Selain itu, jurnalisme data akan mampu mempengaruhi pemangku mengambil kebijakan yang tepat.

“Bahkan, kebanyakan pemangku kebijakan tidak bisa mengelak lagi saat jurnalisme data disajikan, misalnya ada yang membuat kluster-kluster COVID-19 di sebuah sekolah guna mempengaruhi pencegahan virus pada anak-anak,” ungkapnya.

Rochimawati, Ketua The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) menambahkan, Setelah workshop ini selesai, ke-15 jurnalis diharapkan dapat mempraktikkan dalam kerja-kerja jurnalistiknya dengan mengangkat isu sumber daya alam dan kehutanan di wilayah kerja masing-masing.

“Harapan, ilmu ini diaplikasikan dan karya dapat dipublikasikan di media masing-masing karena SIEJ juga memberi apresiasi kepada peserta workshop dalam wujud kompetisi jurnalistik,” imbuhnya.

Kompetisi jurnalistik terbatas dengan tema “Memantau Kondisi Terkini SDA dan Hutan Indonesia” ini dibuka khusus untuk peserta workshop mulai tanggal 14 Otober – 27 Oktober 2021.

Tiga karya terbaik berdasarkan penilaian juri akan mendapatkan apresiasi masing-masing sebesar Rp 3 juta.

Pengumuman tiga karya jurnalistik pemenang kompetisi ini akan diumumkan pada tanggal 2 November 2021.

Load More