Ini Lima Penyebab Meningkatnya Anak Putus Sekolah Sekama Pandemi Covid-19

Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti. mengungkapkan lima penyebab meningkatnya anak putus sekolah selama pandemi Covid-19.

Sapri Maulana
Minggu, 07 Maret 2021 | 15:01 WIB
Ini Lima Penyebab Meningkatnya Anak Putus Sekolah Sekama Pandemi Covid-19
Ilustrasi. Remaja putus sekolah berjualan donat di tepi jalan Jagakarsa (Twitter/awzeepp)

SuaraSumbar.id - Selama pandemi Covdi-19, anak putus sekolah mengalami peningkatan. Seperti yang diungkapkan Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti.

Dia mengatakan, ada ada lima alasan yang menyebabkan anak putus sekolah, yaitu karena menikah, bekerja, menunggak iuran SPP, kecanduan game online, dan meninggal dunia.

Pandemi Covid-19 sudah berlangsung setahun, seharusnya pemerintah daerah sudah dapat memetakan permasalahan pendidikan di wilayahnya,” kata Retno.

“Namun KPAI justru menemukan data-data lapangan yang menunjukan angka putus sekolah cukup tinggi, terutama menimpa anak-anak yang berasal dari keluarga miskin,” sambungnya.

Baca Juga:Polres Karawang Tetap Lanjutkan Penyelidikan Dugaan Penganiayaan Wartawan Meski Kalah Praperadilan

Dia mengungkapkan, anak putus sekolah karena menikah selama dua bulan mencapai 33 orang dari  Seluma, Bengkulu dan Bima. Bahkan rata-rata masih duduk di kelas XII.

Mereka rata-rata menikah tanpa sepengetahuan pihak sekolah karena masih pembelajaran jarak jauh.  Pernikahan diketahui setelah guru bimbingan konseling melakukan kunjungan ke rumah.

Lalu ada juga sejumlah siswa SMK dan SMP terpaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya yang terdampak pandemi seperti satu siswa SMPN Cimahi yang bekerja sebagai tukang bangunan

Di Jakarta satu siswa terpaksabekerja di percetakan karena orang tuanya tak mampu lagi membayar karyawan.Termasuk banyak siswa putus sekolah karena menunggak SPP selama berbulan-bulan.

Jumlahnya cukup banyak karena ada 34 kasus anak yang terpaksa putus sekolah karena menungguk SPP berbulan-bulan, Sekitar 90 persen bersasal dari sekolah swasta.

Baca Juga:Vaksinasi Lamban, Perhimpunan Guru Ragu Sekolah Bisa Dibuka Juli Tahun Ini

Alasan selanjutnya, banyak siswa yang kecanduan gim online bahkan ada satu siswa yang terpaksa cuti sekolah selama satu tahun untuk proses pemulihan secara psikologi.

“Kisah dari para guru di beberapa daerah juga menunjukkan fakta yang mengejutkan, bahwa anak-anak yang pagi hari tidak muncul di PJJ online ternyata masih tidur karena main game online hingga menjelang subuh,” ucapnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

lifestyle | 13:50 WIB
Tampilkan lebih banyak