Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Rabu, 14 Mei 2025 | 16:02 WIB
Evakuasi warga Pasaman Barat ditemukan meninggal dunia usai diterkam buaya. [Dok. Antara]

Wilayah kanal PT Bakrie Pasaman Plantation termasuk dalam kawasan yang kerap dilaporkan menjadi habitat buaya liar.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumatera Barat sebelumnya juga telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas di sekitar perairan tanpa pengawasan, terlebih pada musim penghujan di mana air kanal biasanya meluap dan menjadi tempat berkumpulnya buaya.

Menurut data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, sepanjang lima tahun terakhir terdapat lebih dari 20 laporan konflik manusia dan buaya di wilayah pesisir dan rawa-rawa Sumatera Barat, termasuk di Pasaman Barat dan Agam.

Kasus orang diterkam buaya bukanlah hal baru di kawasan tersebut. Bahkan, beberapa insiden sebelumnya juga terjadi saat masyarakat sedang beraktivitas di sungai atau kanal perkebunan.

Kejadian ini menambah panjang daftar korban konflik manusia dengan satwa liar di Sumbar.

Usai ditemukan, jenazah korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Ujung Gading untuk pemeriksaan medis. Setelah proses identifikasi dan pemeriksaan selesai, jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.

Pihak keluarga korban tampak terpukul atas peristiwa ini, namun mereka menerima kejadian tersebut sebagai musibah.

Dengan kejadian ini, Basarnas mengimbau agar warga lebih berhati-hati dan menghindari menyeberangi kanal yang dikenal menjadi habitat buaya, khususnya di wilayah-wilayah perkebunan besar.

“Kami berharap warga selalu berkoordinasi dengan aparat setempat jika ingin melakukan aktivitas di area berisiko,” ujar Novi.

Insiden warga Pasaman Barat hilang diterkam buaya ini menambah daftar panjang kasus serupa yang terjadi di wilayah pesisir dan aliran sungai di Sumatera Barat.

Load More