SuaraSumbar.id - Helikopter pengangkut tim gabungan pemantauan awan hujan dan material lahar, bebatuan endapan hulu sungai di puncak-lereng Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar), gagal terbang gara-gara cuaca buruk.
Tim gabungan dari BMKG, Badan Geologi Kementerian ESDM, serta Kementerian PUPR itu diagendakan terbang dari Lapangan Kayu Kubu, Bukittinggi pada Rabu (15/5/2024) pukul 10.20 WIB. Tujuannya terbang untuk memantau hulu sungai Gunung Marapi di Padang Panjang, Agam, dan Tanah Datar.
"Tapi karena heli harus mendarat darurat akibat cuaca buruk, maka terpaksa ditunda dan kegiatan ini akan disesuaikan dengan kondisi cuaca," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.
Ia menjelaskan, pemantauan udara menggunakan heli penting untuk mengetahui secara pasti keberadaan posisi sebaran sisa material lahar, bebatuan yang mengendap di hulu sungai lereng Gunung Marapi.
Pasalnya, informasi yang diterima BMKG melaporkan saat ini masih banyak tumpukan material berupa pasir, batu kecil-besar di sisi barat, selatan, barat daya, dan utara Gunung Marapi. Sementara di saat yang bersamaan awan hujan juga berada di wilayah yang sama, sehingga menguatkan potensi banjir lahar susulan terjadi.
Apalagi, alat yang jadi andalan untuk pemantauan tersebut yakni berupa seismik dan pesawat tanpa awak/ drone milik Badan Geologi Kementerian ESDM dan Balai Wilayah Sungai V Kementerian PUPR di Sumbar tidak bisa menjangkau bagian atas gunung itu yang berjarak tiga kilometer lebih dari hilir.
"Makanya kami harus tahu sisi mana yang harus ditangani, supaya bila benar terjadi hujan deras dan mengakibatkan banjir lahar susulan maka tidak menimbulkan korban baru atau wilayah sebaran baru," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Tanggap Darurat Bencana Gunung Marapi Badan Geologi Kementerian ESDM Muhammad Nurul Asrori melaporkan ada 25 aliran sungai yang berhulu di Gunung Marapi, dua aliran diantaranya butuh perhatian khusus yakni di Bukik Batabuah dan Sungai Pua.
Dua aliran sungai itu hilirnya akan melintasi wilayah Agam, Tanah Datar, Padang Panjang sekitarnya dan kondisinya saat ini mengalami perubahan diameter dan kedalamannya akibat banjir lahar pada Sabtu (11/5) malam.
"Endapan di hilir sudah mulai dibersihkan, yang butuh dipastikan lagi tumpukan batuan yang di hulu itu posisinya di mana sebagai langkah mitigasi bencana susulan seiring potensi hujan masih tinggi saat ini," ujarnya.
Berita Terkait
-
Misi Kemanusiaan di Tengah Lebaran, Tim Aju BNPB Terbang ke Myanmar Pasca Gempa
-
Jakarta dan Jawa Barat Masih Berpotensi Hujan Sampai 1 April, BNPB Lakukan Rekayasa Cuaca
-
Kobaran Maut di Korea Selatan: 24 Nyawa Melayang, Angin Kencang Perparah Kebakaran
-
Siaga Arus Mudik, 2 Unit Helikopter Ambulans Disiagakan di Gerbang Tol Kalikangkung
-
BNPB Pastikan Tidak Ada Korban Jiwa Akibat Erupsi Gunung Lewotobi
Tag
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Pembayaran Listrik Rumah dan Kantor Melonjak? Ini Daftar Tarif Listrik Terbaru Tahun 2025
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
Terkini
-
PSU Pilkada Pasaman 2024 Diklaim Lancar, Rekapitulasi Digelar Minggu 20 April 2025!
-
Misteri Mayat di Bukittinggi Terungkap! CCTV Ungkap Detik-Detik Terakhir Korban Asal Lubuk Linggau
-
Link Resmi Saldo Gratis DANA Kaget, Masih Aktif hingga Siang ini, Buruan Klaim!
-
Kejutan Saldo Gratis DANA Kaget, Sabtu 19 April 2025: Siapa Cepat Dapat Cuan!
-
Banun Kinantan, Nama Bayi Harimau Sumatera yang Lahir di TMSBK Bukittinggi!