Scroll untuk membaca artikel
Riki Chandra
Senin, 18 Juli 2022 | 13:15 WIB
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto saat menjawab pertanyaan awak media di Sekolah Partai PDIP, Jakarta, Kamis (16/6/2022). (Suara.com/Bagaskara).

Megawati pun, kata dia, berkeliling ke seluruh Indonesia, sama dengan yang dilakukan Bung Karno berkeliling Indonesia. Bahkan, Bung Karno sampai dimasukkan penjara karena mendengungkan Indonesia merdeka sehingga ditakuti kolonialis Belanda.

“Maka skala prioritas kita adalah tiada hari tanpa konsolidasi, tanpa turun ke bawah, tiada hari tanpa pergerakan ke rakyat. Kita lakukan pergerakan kepada pemilih khususnya kepada perempuan dan anak muda,” kata dia.

Dengan berkeliling Indonesia, kata dia, tentu akan memahami kondisi Indonesia dengan keragaman budaya, sumber daya alam, hingga kondisi geografisnya yang dikelilingi lautan. Megawati juga mencari sosok pemimpin yang bisa menyelesaikan masalah rakyat dan membangun masa depan.

“Karena itulah, kami lebih memilih bergerak ke bawah daripada berwacana. Tidak perlu ikut menanggapi apa yang dilakukan pihak lain," katanya lagi.

Baca Juga: Bahas Partai dari Atas Sepeda, Sekjen PAN Ajak PDIP Gabung KIB saat Gowes Bareng Hasto?

Hasto mencontohkan ada satu partai politik yang elektoralnya turun, kemudian mencoba memunculkan kader partai lain, bahkan mencalonkan sosok yang seharusnya netral dalam politik.

"Hal-hal seperti ini biarkan rakyat yang menjadi hakim politik,” kata dia.

Ia juga mengatakan tantangan lain di 2024 adalah ancaman radikalisme dan kekuatan yang ingin mengganti Pancasila.

“Kami harus jaga soliditas menghadapi berbagai tantangan ideologis,” kata dia.

Ia meminta pengurus dan kader partai politik itu se-Indonesia belajar dari semangat perjuangan Proklamator Indonesia, Bung Karno, dan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Hasto Kristiyanto Minta Kader PDI P Terus Bergerak ke Rakyat: Kalau Perlu 26 Jam

PDI Perjuangan dulu, kata dia, kerap menjadi partai yang selalu dikerdilkan, partai yang hanya dijadikan aksesoris demokrasi. Tapi, Megawati belajar dari Bung Karno, bahwa semuanya harus berangkat dari sebuah ide.

“Ide gagasan ini akan menciptakan suatu spirit juang, spirit juang ini akan menciptakan tekad dan tindakan, menciptakan tindakan nasional. Ini yang kita pelajari dari Bung Karno dan Bu Mega,” kata dia.

Load More